PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) merasakan dampak dari turunnya daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah dan fenomena “makan tabungan” di Indonesia. Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menyatakan bahwa penyaluran kredit kepada debitur kelas menengah bawah menunjukkan tingkat persetujuan yang rendah dan kelancaran pembayaran yang memburuk.
Royke mengungkapkan kondisi ini dalam wawancara di program Money Talks di CNBC Indonesia. Dia menekankan pentingnya perhatian terhadap kelas menengah ke bawah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun ada transisi politik yang baik dan suku bunga cenderung turun, momentum ini harus dimanfaatkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Menurut Royke, UMKM memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, BNI berupaya mendorong UMKM melalui bank digital Hibank Indonesia. Layanan digital ini dirancang untuk memberikan kemudahan dan efisiensi bagi pelaku UMKM dalam bertransaksi.
Dengan operasional yang lebih murah, bank digital dapat memberikan harga yang terjangkau bagi pelaku UMKM, sehingga mereka dapat melakukan ekspansi usaha. Royke juga menyoroti pentingnya literasi keuangan untuk mencegah masyarakat kelas menengah bawah terjebak dalam investasi bodong atau pinjaman online yang tidak diperlukan.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi, Royke menegaskan bahwa semua pihak harus bekerja sama. Peningkatan literasi keuangan, dukungan terhadap UMKM, dan pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dengan kerjasama yang kuat antara pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku usaha, diharapkan Indonesia dapat mengatasi tantangan ekonomi saat ini dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Semua pihak harus berperan aktif dalam membangun ekosistem bisnis yang inklusif dan berkelanjutan untuk mewujudkan kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat.