Modal Asing Terus Mengalir ke Indonesia Meskipun Tumbuh Lambatnya Ekonomi AS

Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing ke Indonesia terus mengalir masuk, meskipun pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) melambat di bawah perkiraan pada kuartal pertama tahun 2024. Data terbaru menunjukkan bahwa investor asing masih mempercayai pasar keuangan Indonesia, dengan aliran modal asing yang lebih besar masuk dibandingkan dengan keluar.

Menurut Asisten Gubernur Bank Indonesia, Erwin Haryono, data transaksi pada awal Juni 2024 memperlihatkan nonresiden melakukan jual neto sebanyak Rp 1,36 triliun di pasar keuangan domestik. Namun, sejak awal tahun 2024, tercatat lebih banyak modal asing yang masuk ke Indonesia, dengan beli neto sebesar Rp 2,42 triliun, terdiri dari berbagai instrumen investasi seperti pasar Surat Berharga Negara (SBN), pasar saham, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selain itu, data setelmen hingga 6 Juni 2024 menunjukkan bahwa nonresiden telah melakukan jual neto sebesar Rp 36,02 triliun di pasar SBN dan Rp 8,01 triliun di pasar saham, sementara melakukan beli neto sebesar Rp 101,34 triliun di SRBI.

Erwin menekankan bahwa modal asing yang terus mengalir masuk ini adalah indikasi bahwa investor masih percaya pada pasar keuangan Indonesia. Bank Indonesia pun terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi juga sistem keuangan untuk mensuport pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sementara itu, di AS, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024 di bawah perkiraan, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh hanya sebesar 1,6%. Meskipun demikian, belanja konsumen dan investasi pemerintah di tingkat negara bagian dan lokal membantu menjaga PDB AS tetap positif, meskipun terjadi penurunan investasi inventaris swasta dan peningkatan impor.

Namun, inflasi AS tetap tinggi, dengan indeks harga konsumsi pribadi naik sebesar 3,4% secara tahunan pada kuartal pertama 2024, melampaui target The Fed sebesar 2%. Kondisi ini menimbulkan kegelisahan di pasar mengenai kebijakan moneter, kapan Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga acuannya, dan bagaimana hal itu akan memengaruhi perekonomian global.

Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan bahwa AS belum mencapai tingkat inflasi yang sesuai dengan target bank sentral, meskipun inflasi terus menurun. Powell menegaskan bahwa kebijakan moneter saat ini harus tetap utuh sampai inflasi mendekati target 2%.

Situasi ekonomi global yang masih dinamis menuntut perhatian yang lebih cermat dari para pelaku pasar dan regulator. Indonesia, dengan aliran modal asing yang terus mengalir masuk, terus mempertahankan stabilitasnya di tengah gejolak ekonomi global yang berkecamuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *