Motif di Balik Pembunuhan Wanita Lalu Cor Mayat dalam Rumah di Babel

Seorang pria di Kabupaten Belitung Timur (Beltim) bernama Nanang Suriadi (48) telah melakukan tindakan yang mengerikan dengan membunuh kekasihnya, Lilis Sumarni (46), dan mengecor jasadnya di rumah korban. Motif dari tindakan keji Nanang ini adalah cemburu. Ketika ditanya mengenai motifnya, Nanang mengaku bahwa ia cemburu karena Lilis masih berkomunikasi dengan mantan suaminya dengan kata-kata mesra. Kasat Reskrim Polres Beltim, AKP Ryo Guntur Triatmoko, menjelaskan bahwa selain karena chat mesra, pelaku juga nekat membunuh Lilis karena ajakannya untuk menikah ditolak.

Polisi yang melakukan olah TKP menemukan sebuah benda tumpul yang diduga digunakan untuk membunuh Lilis. Nanang mengakui bahwa ia memukul Lilis dengan batu ulekan cobek. Hasil olah TKP juga menunjukkan adanya ulekan cobek yang digunakan dalam pembunuhan tersebut. Setelah Lilis tidak sadarkan diri, Nanang kemudian mencekiknya hingga tewas.

Ryo menjelaskan bahwa setelah membunuh Lilis, Nanang tidak langsung mengubur jasadnya, melainkan mencornya dengan semen. Pelaku bahkan tinggal bersama jasad korban selama 2 malam sebelum akhirnya menguburnya. Untuk menghilangkan jejak, Nanang menggali lubang yang tidak terlalu dalam dan memasukkan jasad Lilis ke dalamnya sebelum menutupnya dengan tanah. Permukaan lubang tersebut kemudian dicor dengan semen sehingga terlihat seperti sebuah makam.

Kasus ini menjadi perbincangan hangat di masyarakat setempat, dengan banyak orang yang tidak bisa memahami bagaimana seseorang bisa melakukan sesuatu yang begitu kejam kepada orang yang dicintainya. Beberapa orang menyalahkan cemburu Nanang sebagai penyebab utama dari tragedi ini, sementara yang lain menganggap bahwa tindakan tersebut hanya dilakukan oleh orang yang tidak waras.

Tindakan keji Nanang ini telah merenggut nyawa seorang wanita yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari pasangannya. Semoga keadilan akan segera ditegakkan dan Lilis dapat mendapatkan keadilan atas kematian tragisnya. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi di masa depan, dan semua orang dapat belajar untuk mengendalikan emosi mereka tanpa harus resort ke kekerasan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *