Ngobrol bareng Pakar: Kenapa Generasi Muda Rawan Jadi Korban Judi Online?

Menurut pakar, generasi muda rentan menjadi korban judi online meskipun dianggap kebal dengan hal negatif di dunia digital. Hal ini disampaikan oleh Pengamat Sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati dalam Virtual Class  yang diselenggarakan pada Jumat (28/6/2024). Menurutnya, generasi muda cenderung hanya mendengar dan melihat hal-hal yang sesuai dengan keinginan mereka, ditambah lagi dengan algoritma media sosial yang membuat mereka mudah terjebak dalam perjudian online.

Devie menjelaskan bahwa media sosial dirancang untuk memanjakan pengguna dengan informasi yang sesuai dengan keinginan mereka. Generasi muda yang kurang pengalaman dan pengetahuan akan cenderung mencari informasi yang memperkuat keyakinan mereka sendiri, tanpa membuka diri pada pandangan atau pengetahuan lain yang berbeda. Selain itu, sindikat di balik judi online juga mempelajari psikologi manusia dengan baik, sehingga mereka bisa merancang aplikasi yang memanipulasi keinginan manusia akan kepo, rasa ingin tahu, dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat.

Oleh karena itu, literasi digital menjadi hal yang sangat penting bagi generasi muda. Menurut Devie, literasi digital seperti imunisasi bagi diri sendiri, sehingga mereka bisa lebih tangguh menghadapi segala bentuk ancaman digital yang mungkin datang. Generasi muda perlu terbuka dengan informasi, baik yang disukai maupun tidak disukai, agar pengetahuan mereka menjadi lebih seimbang dalam menghadapi godaan di dunia digital.

Dalam hal ini, Devie menekankan pentingnya pendidikan mengenai literasi digital sebagai langkah preventif untuk melindungi generasi muda dari jebakan judi online. Dengan literasi digital yang baik, generasi muda akan lebih bisa memahami risiko dan bahaya dari aktivitas judi online, serta mampu mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi diri mereka sendiri.

Jadi, mari kita bersama-sama memberikan pendidikan dan pemahaman yang cukup kepada generasi muda tentang pentingnya literasi digital dalam menghadapi tantangan di dunia digital. Dengan begitu, mereka akan lebih siap dan tangguh dalam menghadapi godaan dan risiko yang mungkin muncul di ruang digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *