Pemerintah Tetap Optimis Ekspor dan Neraca Dagang ke AS Tetap Surplus di Era Donald Trump

Pemerintah Indonesia optimis bahwa ekspor dan neraca perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) akan tetap surplus selama masa jabatan kedua Presiden AS Donald Trump. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menyatakan keyakinan Indonesia ini didasarkan pada tren yang sama seperti pada periode pertama kepemimpinan Trump. Menurut Susi, catatan positif neraca perdagangan ini juga akan berlanjut selama masa kepemimpinan Joe Biden.

“Saat kepemimpinan pertama Trump, perdagangan kita meningkat karena ada peluang-peluang baru yang terbuka,” ujar Susiwijono dalam acara peluncuran USABC Sector Overview Report di Jakarta. Dia juga menambahkan bahwa pergantian kepemimpinan dari Joe Biden ke Donald Trump membuka peluang baru bagi Indonesia dalam meningkatkan ekspor dan investasi. Dengan demikian, Susi optimis bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS akan terus meningkat.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia dengan AS selalu mencatatkan surplus selama periode pertama kepemimpinan Donald Trump dari tahun 2017 hingga 2021. Pada tahun 2017, surplus neraca perdagangan mencapai US$8,26 miliar dengan ekspor senilai US$17,79 miliar dan impor US$8,12 miliar. Selanjutnya, surplus pada tahun 2018 adalah US$8,26 miliar dengan ekspor US$18,43 miliar dan impor US$10,17 miliar. Pada tahun 2019, surplus neraca perdagangan mencapai US$8,58 miliar dengan ekspor US$17,84 miliar dan impor US$9,26 miliar.

Tidak hanya itu, pada tahun 2020, surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencapai US$10,04 miliar dengan ekspor US$18,62 miliar dan impor US$8,58 miliar. Kemudian pada tahun 2021, surplus perdagangan meningkat menjadi US$14,52 miliar dengan ekspor US$25,77 miliar dan impor US$11,24 miliar. Susiwijono meyakini bahwa di era Trump, kinerja perdagangan Indonesia dengan AS masih bisa lebih baik lagi.

Sebelumnya, Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menunjukkan bahwa kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Sahara, Research Associate dari Core Indonesia, menjelaskan bahwa riset ini menggunakan model global trade analysis policy (GTAP) yang fokus pada aspek keseimbangan umum antara negara-negara.

Menurut Sahara, kebijakan Trump yang meningkatkan tarif hingga 60% untuk impor dari China dan hingga 10% untuk impor dari negara lain sebenarnya memberikan kesempatan bagi Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat memanfaatkan situasi ini untuk meningkatkan ekspor dan investasi.

Dengan optimisme dan keyakinan yang tinggi, pemerintah Indonesia yakin bahwa hubungan perdagangan dengan AS akan terus berkembang positif di masa depan. Semoga kerja keras dan strategi yang tepat dapat terus mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan memperkuat posisi negara di pasar global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *