Abra El Talattov, kepala Centre of Food, Energy and Sustainable Development INDEF, mengungkapkan bahwa distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi masih belum tepat sasaran, terutama untuk BBM jenis Pertalite dan Solar subsidi. Menurut kajian INDEF pada tahun 2023, ketidaktepatan penyaluran untuk Solar subsidi mencapai 96% dan untuk Pertalite mencapai 78%.
Dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Abra menyatakan, “Di INDEF, kami menemukan bahwa ketidaktepatan sasaran untuk solar bersubsidi mencapai 96% dan untuk Pertalite mencapai 78% pada tahun 2023.”
Penjualan BBM di SPBU Pertamina didominasi oleh BBM subsidi, yang menimbulkan beberapa masalah penting. Pertama, beban keuangan bagi Pertamina terkait dengan kompensasi dari pemerintah. Kedua, disparitas harga antara BBM subsidi dan non-subsidi memicu peralihan konsumen ke BBM subsidi, yang memperbesar beban finansial pemerintah.
Abra juga menyadari bahwa pemerintah telah melakukan kajian sejak 2020 untuk menetapkan kriteria penerima BBM subsidi. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) telah menetapkan kriteria-kriteria masyarakat yang berhak menerima BBM subsidi, seperti petani, nelayan, dan kelompok berpenghasilan 40% terbawah.
“Data dari BPS dan Pertamina jelas menunjukkan ketidaktepatan penyaluran BBM subsidi. Solusinya adalah bagaimana Presiden Jokowi bersedia untuk melakukan pengetatan dalam penyaluran ini,” ujar Abra dengan nada santai.